Petani Bambu Bersatu
Potensi bambu sebagai komoditas unggulan dapat dimanfaatkan sebagai peluang usaha yang menggiurkan. Saat ini, sebagian petani membiarkan kebun bambunya karena terbatasnya pengetahuan dalam mengelola bambu. Akibatnya, industri bambu lambat-laun menurun, baik dari sisi modal maupun minat masyarakat terhadap produk bambu.
Bambu bisa digunakan untuk sangkar burung, tusuk sate, batang dupa, dan kerajinan lainnya. Potensi ini dikupas dalam sarasehan masyarakat bambu se- Jawa Timur di Malang, Jawa Timur, akhir Maret 2016. “Bambu merupakan salah satu komoditas hasil hutan bukan kayu, salah satu prioritas yang akan kami kembangkan,” ujar Direktur Bina Usaha Perhutanan Sosial dan Hutan Adat Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Masyud. Karena itu, perlu dibentuk asosiasi kelompok tani bambu se-Jawa Timur. Kementerian bertugas memfasilitasi, memberi pelatihan, meningkatkan kewirausahaan, dan memberikan dukungan berupa alat ekonomi produktif. “Tapi harus tetap dilihat dulu kinerja kelompok taninya. Baru setelah usaha mereka nyata, akan dikucurkan bantuan modal sesuai kebutuhan,” lanjutnya.
Sementara itu, koordinator penyuluh Dinas Kehutanan Kabupaten Malang Muhammad Subur mengapresiasi rencana Kementerian tersebut. “Alhamdulillah, akhirnya sekarang akan dibentuk kerja sama antar petani di Jawa Timur,” ujar dia. Menurutnya, langkah itu membantu petani memasarkan dan membudidayakan tanaman bambu. Apalagi saat ini Kabupaten Malang memiliki 2.500 hektare lahan bambu yang tersebar di 18 kecamatan dengan 150 perajin. “Target tiga tahun mendatang, harus bisa menjadi 3.000 hektare.”
Di Malang ada dua sentra bambu, yaitu di Sanankerto sebagai kawasan ekowisata dan pembudidayaan bambu. Satu lagi berada di wilayah Bedalisodo, Wagir, sebagai sentra industri kerajinan bambu.